Sydney - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjamin bahwa penambahan kekuatan militer yang dilakukan Indonesia bukan merupakan ancaman bagi negara-negara lain termasuk negara tetangga.
"Saya kira dunia dan negara tetangga tidak perlu khawatir. Tidak perlu jadi kehebohan kawasan seolah-olah Indonesia membangun kekuatan yang besar, lantas dianggap ancaman bagi negara sahabat. Tidak!," tegas Yudhoyono menjawab pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di Sydney, Senin.
Bangsa Indonesia, katanya, adalah bangsa yang cinta damai. Namun demikian, kedaulatan, kemerdekaan dan keutuhan wilayah juga merupakan kepentingan nasional yang sangat penting.
Terkait dengan penambahan kekuatan militer, Yudhoyono mengatakan, prioritas pembangunan masih mengutamakan penggunaan anggaran untuk pendidikan, kesehatan, pengurangan kemiskinan, dan kesejahteraan rakyat, sehingga anggaran untuk pertahanan tidak bisa dikeluarkan secara besar-besaran.
Akibatnya, lanjutnya, sistem persenjataan dan modernitas pertahanan kita relatif tertinggal dengan negara lain termasuk negara-negara tetangga.
"Saya tentu harus berupaya keras, paling tidak setara (dengan negara lain). Bukan untuk perlombaan persenjataan, bukan untuk mengancam negara tetangga dan negara lain, tetapi untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara kita," katanya.
Selain itu, kata Presiden, peralatan militer sekarang masih dirasakan kurang baik di laut maupun udara, terutama dalam mengatasi bencana dan melakukan tugas kemanusiaan.
Pemerintah, katanya, juga mendorong digunakannya industri nasional dalam memperkuat peralatan militer, tetapi jika ada sistem persenjataan yang belum bisa diproduksi di dalam negeri, maka harus bekerjasama dengan negara lain.
"Dulu kita lebih banyak bekerjasama dengan negara Barat, tetapi kita mendapat embargo yang panjang dan keras. Karena itu kita putuskan bekerjasama dengan negara lain yang tidak mudah memberi embargo seperti Rusia dan Korea Selatan," katanya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar